Advertisements

Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia dan Peninggalannya

Infokekinian.com – Sebelum menganut sistem demokrasi, Indonesia atau nusantara memiliki banyak kerajaan. Salah satunya adalah sejarah kerajaan islam di Indonesia dan peninggalannya.

Ada beberapa kerajaan besar di Nusantara, antara lain Kerajaan Kutai, Kerajaan Mataram, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit, dan lain-lain.

Ini adalah kerajaan-kerajaan dengan banyak kekuasaan dan pengaruh di Nusantara pada saat itu.

Sejarah Kedatangan Islam di Indonesia

Beberapa kerajaan yang disebutkan adalah kerajaan Hindu-Budha. Namun, selain kerajaan Hindu-Budha, beberapa kerajaan Islam didirikan di seluruh nusantara.

Tentu saja, Islam memiliki sejarahnya sendiri di Nusantara. Oleh karena itu, secara singkat kita akan membahas tentang sejarah kedatangan Islam di Indonesia.

Secara historis, Indonesia bukanlah negara yang diatur secara demokratis. Indonesia, atau nusantara seperti yang dikenal sebelumnya, memiliki sejarahnya sendiri.

Ada beberapa kerajaan besar di Nusantara, antara lain Kerajaan Kutai, Kerajaan Mataram, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit, dan lain-lain.

Ini adalah kerajaan-kerajaan dengan banyak kekuasaan dan pengaruh di Nusantara pada saat itu.

Beberapa kerajaan yang disebutkan adalah kerajaan Hindu-Budha. Namun, selain kerajaan Hindu-Budha, beberapa kerajaan Islam didirikan di seluruh nusantara.

Tentu saja, Islam memiliki sejarahnya sendiri di Nusantara. Oleh karena itu, secara singkat kita akan membahas tentang sejarah kedatangan Islam di Indonesia.

Sejarah Kedatangan Islam di Indonesia

Sebenarnya Islam telah hadir di Nusantara sejak abad ketujuh Masehi. Pedagang dari Arab, Gujarat, dan Persia membawa Islam bersama mereka.

Islam masih menjadi agama minoritas di Nusantara saat itu. Karena Islam masih tergolong baru di Nusantara, hanya sedikit orang yang memeluknya.

Penyebaran Islam di Nusantara berlangsung cukup lama, dari abad ke-7 sampai abad ke-13 Masehi. Orang-orang mulai mengenal dan memeluk Islam pada abad ke-13 Masehi.

Untuk pertama kalinya di Nusantara, para pedagang dari Arab, Gujarat, dan Persia berperan dalam penyebaran Islam.

Penyebaran Islam dimulai di daerah-daerah yang penting secara komersial, seperti daerah pesisir dekat pelabuhan.

Sejak saat itu, pengaruh Islam di Nusantara semakin berkembang, terbukti dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di seluruh Nusantara.

Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

Setelah pengaruh Kerajaan Hindu-Budha mulai meredup, muncullah kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Misalnya sejak pengaruh Kerajaan Sriwijaya mulai berkurang.

Para pendakwah yang masuk Islam mulai gencar menyebarkan agama Islam di sekitar Malaka, dan pada puncaknya terdapat beberapa kerajaan Islam di sekitar selat Malaka, antara lain Kerajaan Perlak, Kerajaan Malaka, dan Kerajaan Samudra Pasai.

Demikian pula sejak Kerajaan Majapahit mulai merosot di pulau Jawa, muncullah kerajaan-kerajaan Islam seperti Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Islam Mataram, Kerajaan Islam Cirebon, Kerajaan Islam Banten, dan lain-lain.

Kerajaan-kerajaan ini pasti memiliki pengaruh yang cukup besar pada saat itu. Agar kamu tidak bingung dengan kerajaan-kerajaan Islam yang pernah ada di Indonesia, kami akan memberikan beberapa informasi latar belakang beberapa kerajaan tersebut. kamu harus mengetahui kerajaan-kerajaan Islam berikut di Indonesia:

1. Kerajaan Perlak

Kerajaan Perlak

Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama yang ada di Indonesia yang saat itu dikenal sebagai Nusantara.

Perlak adalah salah satu kota perdagangan terpenting saat itu. Sultan Alauddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah, raja pertama kerajaan tersebut.

Kerajaan Perlak, juga dikenal sebagai Kerajaan Peureula, didirikan pada pertengahan abad ke-9 Masehi.

Sedangkan kerajaan ini berdiri pada tanggal 1 Muharram 225 H, menurut Ishak Makarani Al Fays (840 M). Menurut bukti tertulis, kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Salathin diperankan oleh Tazkirah Thabakat Jumu Sultan dalam naskah yang ditulis oleh Syekh Syamsul Bahri Abdullah.

Naskah Saiyid Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin, Silsilah Raja-Raja Perlak dan Pasai. Abu Ishak Makarani Al Fasy menulis naskah Idharatul Haq fi Mamlakatil Farlah wa Fasi.

Menurut ketiga naskah tersebut, Kerajaan Perlak merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini memiliki beberapa peninggalan, diantaranya:

Makam Raja Benoa

Ditulis dalam huruf Arab pada batu nisan Raja Benoa (Benoa adalah bagian dari Kerajaan Perlak). Eat King Benoa terletak di tepi Sungai Trengulona. Batu nisan ini kemungkinan besar dibuat pada abad ke-4 atau ke-5 Hijriah.

Mata Uang Perlak

Merupakan mata uang tertua di Nusantara, dan terbagi menjadi tiga jenis: tembaga atau kuningan, perak (kupang), dan emas (dirham).

Stempel Kerajaan

Negara Bandahara (sebuah kerajaan di dalam Kerajaan Perlak) memiliki stempel kerajaan yang menggunakan huruf Arab. Kalimat “Al Wasiq Billah Kerajaan Bendahara Negara Syah 512” tertulis di materai tersebut.

Yaitu beberapa peninggalan kerajaan yang dianggap sebagai kerajaan Islam tertua di Indonesia. Kerajaan Perlak mulai mengalami kemunduran sekitar abad ke-12 Masehi.

2. Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan ini berdiri pada abad ke-13 Masehi. Kerajaan ini berada di Kabupaten Lokseumae Aceh Utara. Kerajaan ini merupakan penggabungan dari dua kerajaan yang menurun, Kerajaan Pase dan Kerajaan Perlak.

Kedua kerajaan tersebut dipersatukan oleh penguasa daerah saat itu, Marah Silu (Meurah Silu), yang dibantu oleh Syekh Ismail dari Mekah.

Marah Silu adalah raja pertama dan pendiri kerajaan, dan dia diberi gelar Sultan Malik al Saleh. Sultan Malik al Saleh meninggal pada tahun 1297, dan putranya, Sultan Mahmud, menggantikannya.

Kerajaan Samudra Pasai menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad Malik al Tahir (1297-1326).

Sultan Muhammad Malik al Tahir wafat pada tahun 1326 dan digantikan oleh putranya Sultan Ahmad, yang juga bergelar Malik al Tahir (1326-1348).

Kerajaan Samudra Pasai berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik al Tahir; kerajaan ini bekerjasama secara luas dengan beberapa kerajaan Islam lainnya di seluruh dunia, termasuk kerajaan India dan Arab.

Sultan Ahmad wafat pada tahun 1348 dan digantikan oleh Sultan Zainal Abidin. Namun kerajaan ini jatuh pada tahun 1521 M setelah berhasil ditaklukkan oleh Portugis.

Beberapa peninggalan, antara lain makam Sultan Malik al Saleh, makam Sultan Zainal Abidin, naskah surat Sultan Zainal Abidin, makam Ratu al Aqla, cakra donya, dan stempel kerajaan, membuktikan keberadaan Samudra. Kerajaan Pasai.

3. Kerajaan Aceh Darussalam

Kerajaan Aceh diperkirakan berdiri pada tahun 1514. Kerajaan ini berada di tempat yang sekarang dikenal dengan Kabupaten Aceh Besar.

Kerajaan Aceh Darussalam

Raja Ibrahim (1514-1528), juga dikenal sebagai Sultan Ali Mughayat Syah, adalah raja pertama Kerajaan Aceh.

Kerajaan Aceh tumbuh menjadi sebuah karya besar dan berkuasa di bawah kepemimpinan Sultan Ali. Namun, dia dengan cepat memimpin.

Sultan Ali Mughayat wafat pada tahun 1528 dan digantikan oleh putranya Sultan Salahuddin (1528-1537), yang kemudian digantikan oleh adiknya.

Sultan Alaudin Ri’ayat Syah (1537-1568), yang mendapat gelar Al Qohhar atas keberaniannya. dan sukses di beberapa bidang.

Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636), yang menguasai wilayah yang luas.

Selanjutnya, kerajaan ini berhasil menjalin kerjasama dengan para pemimpin Islam di Arab. Selama Kekhalifahan Utsmaniyah, ada hubungan.

Sejak tahun 1941, kerajaan ini mengalami kemunduran. Salah satu penyebabnya adalah pengaruh Belanda yang semakin besar di Malaka.

Kemunduran ini ditandai dengan direbutnya beberapa wilayah Kerajaan Aceh oleh Belanda. Selain faktor tersebut, juga karena perebutan kekuasaan antara ahli waris kerajaan.

Masjid Raya Baiturrahman, Makam Sultan Iskandar Muda, Meriam Kerajaan Aceh, Benteng Indrapatra, Emas Kerajaan Aceh, dan Gunongan adalah beberapa peninggalan Kerajaan Aceh.

4. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Daerah ini awalnya dikenal sebagai Bintoro, salah satu wilayah Kerajaan Majapahit.

Seiring dengan meredupnya pengaruh Kerajaan Majapahit, beberapa penguasa daerah, termasuk para penguasa Islam di pesisir Jawa, mulai mendirikan wilayahnya sendiri.

Mereka mendirikan wilayah Islam dengan mengangkat Raden Patah sebagai raja Islam pertama di Jawa.

Raden Patah diberi gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayyidina Panatagama setelah diangkat menjadi raja.

Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478. Kerajaan Demak memerintah Palembang, Maluku, Banjar, dan bagian utara pulau Jawa.

Sunan Kalijaga dan Ki Wanalapa adalah penasehat kerajaan ketika ulama memegang posisi penting di kerajaan.

Raden Patah digantikan oleh putranya Pati Unus pada tahun 1207. Pada masa pemerintahannya, Adipati Unus yang juga dikenal sebagai Pangeran Sabrang Lor, memimpin Kerajaan Aceh dalam serangan terhadap Portugis yang menduduki Malaka saat itu.

Pati Unus meninggal pada tahun 1521, dan adiknya, Sultan Trenggono, menggantikannya. Kerajaan ini mengalami kemunduran akibat perebutan kekuasaan di antara para ahli warisnya.

Masjid Agung Demak, Soko Tatal dan Soko Guru, Pintu Bleedek, Kentongan, Bedug, Dampar Kencana, Pirim Campa, Kolam Wudhu, dan Makrusah adalah beberapa peninggalan Kerajaan Demak.

5. Kerajaan Pajang

Sultan Adi Wijaya, juga dikenal sebagai Jaka Tingkir, mendirikan kerajaan ini pada tahun 1568. Jaka Tingkir adalah menantu Sultan Trenggono; setelah menikahi putri Sultan Trenggono, Jaka Tingkir menjadi penguasa Pajang.

Setelah Sultan Trenggono meninggal, Jaka Tingkir mengalahkan Arya Penangsang dan memindahkan kerajaan Demak ke Pajang.

Jaka Tingkir, juga dikenal sebagai Sultan Adi Wijaya, meninggal pada tahun 1582 dan digantikan oleh putranya, Pangeran Benowo.

Pada masa pemerintahan Pangeran Benowo, Pangeran Arya Pangiri dari Demak berusaha tetapi gagal untuk merebut Kerajaan Pajang. Sutowijoyo, adik angkat Pangeran Benowo, mengambil alih tahta.

6. Kerajaan Mataram Islam

Pada tahun 1586, kerajaan ini berdiri di Kotagede, sebelah tenggara Yogyakarta. Sutowijoyo, adik Pangeran Benowo, mendirikan kerajaan ini.

Kerajaan Mataram Islam

Setelah naik takhta pada tahun 1586, Sutowijoyo diberi gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama.

Sutowijoyo meninggal pada tahun 1601 dan digantikan oleh Mas Jolang yang diberi gelar Panembahan Seda ing Krapyak.

Setelah Raden Mas Jolang meninggal, ia digantikan oleh Adipati Martapura, yang akhirnya meninggal karena sering sakit.

Ia digantikan sebagai Panembahan Hanyakrakusuma oleh Raden Mas Rangsang, yang mengubah gelarnya menjadi Sultan Agung Hanyakrakusuma pada tahun 1640.

Pada 1640-an, ia berganti nama menjadi Sultan Agung Senapati ing Alaga Ngaburrahman Khalifatullah.

Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Mataram Islam memegang kekuasaan yang sangat besar. Kerajaan ini menempati bekas wilayah Kerajaan Mataram Hindu, namun merupakan kerajaan bergaya Islam.

Tahun Saka, kue Kipo, kerajinan perak, pakaian Kyai Gundhil, Kalang Obong, Gerbang Kotagede Makah, Batu Rata, dan sastra Gendhing karya Sultan Agung adalah beberapa peninggalan Kerajaan Mataram Islam.

7. Kerajaan Islam Cirebon

Raden Fatahillah, juga dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, mendirikan kerajaan ini pada tahun 1522.

Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Raden Fatahillah berperan penting dalam penyebaran Islam di Jawa Barat.

Karena kedudukannya sebagai Wali Songo, ia disegani oleh banyak raja Jawa lainnya, termasuk raja Demak dan Pajang. Kerajaan Cirebon juga memiliki banyak wilayah di bawah kepemimpinannya.

Sunan Gunung Jati meninggal pada tahun 1570, dan cicitnya, Panembahan Ratu, menggantikannya. Panembahan meninggal pada tahun 1650 dan digantikan oleh putranya, Penaembahan Girilaya.

Dua candi Panembahan Girilaya, Martawijaya (Panembahan Sepuh) dan Kartawijaya, membagi Kerajaan Islam Cirebon setelah kematiannya (tahun 1697). (Panembahan Anom).

Masjid Jami’ Pakuncen, Masjid Sang Cipta Rasa, Keraton Kacirebonan, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Makanan, dan beberapa benda pusaka adalah sebagian peninggalan Kerajaan Islam Cirebon.

8. Kerajaan Islam Banten

Sultan Hasanudin, putra Sunan Gunung Jati, mendirikan kerajaan ini pada tahun 1552. Sunan Gunung Jati menyerahkan kekuasaan Banten kepada putranya setelah berhasil menaklukkannya pada tahun 1525.

Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Islam Banten tumbuh dalam kekuatan dan wilayah, meluas sampai ke Sumatera bagian selatan dan Lampung.

Kerajaan Islam Banten

Sultan Hasanudin menikah dengan putri Sultan Indrapura, putri Kerajaan Demak. Pada masa pemerintahan Ki Ageng Tirtayasa, kerajaan ini mencapai puncak kekuasaannya.

Keraton Surosowan Banten, Keraton Kaibon Banten, Masjid Agung Banten, Vihara Avalokitesvara, Benteng Speelwijk, Meriam Ki Amuk, Telaga Tasikardi, Keris Naga Sasra, dan Keris Panunggul Naga adalah beberapa peninggalan Kerajaan Islam Banten.

9. Kerajaan Islam Banjar

Kerajaan yang terletak di Kalimantan Selatan ini berdiri pada tahun 1520. Kerajaan Banjar berhasil menggulingkan Kerajaan Nagaradah yang memerintah Banjarmasin saat itu dengan bantuan Kerajaan Demak.

Bantuan itu tidak diberikan secara cuma-cuma; Kerajaan Banjar harus memenuhi syarat-syarat tertentu, termasuk menerima Islam.

Raden Samudra adalah raja pertama Kerajaan Islam Banjar. Ia diberi gelar Sultan Suryanullah setelah masuk Islam. Sultan Rahmatullah menggantikannya setelah kematiannya (1545-1570).

Dalam waktu yang relatif singkat, orang-orang di Kalimantan, seperti orang Bugis dan orang Kalimantan bagian timur, mulai memeluk agama Islam.

Masjid Sultan Suriansyah dan Pura Agung Amuntai merupakan peninggalan Kerajaan Islam Banjar.

10. Kerajaan Kutai Kalimantan Timur

Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri sekitar abad ke-13 Masehi. Aji Batara Agung Dewa Sakti adalah raja pertama kerajaan (1300-1325).

Kerajaan ini menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura pada abad ke-16 M (Kerajaan Kutai dengan corak Hindu-Budha).

Sehingga kedua kerajaan tersebut dapat bersatu dan Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura dapat terbentuk.

Sekitar abad ke-17 M, Tuan Tunggang Parangan membawa agama Islam ke Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Karena raja sudah memeluk agama Islam pada saat itu, ia segera membangun masjid di daerah tersebut. Dia tidak hanya membangun masjid tetapi juga mulai mengajarkan agama Islam.

Kesimpulan

Itulah sedikit informasi mengenai sejarah kerajaan islam dan peninggalannya yang pernah berdiri di Nusantara atau yang dikenal saat ini adalah Indonesia.

Demikianlah artikel mengenai Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia dan Peninggalannya dan jangan lupa untuk terus kunjungi website Infokekinian.

Karena kami juga memiliki banyak informasi dan rekomendasi lain yang tentunya akan bermanfaat dan membantu sobat kekinian.