Advertisements

6 Proses Tahapan Siklus Air yang Menarik untuk Kamu Ketahui

Sobat Kekinian, kamu perlu mengetahui 6 proses tahapan siklus air yang berfungsi dalam mempertahankan keberadaan air.

​Air merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana siklus air berjalan agar diperoleh pemahaman yang baik tentang manfaatnya.

Apa yang Dimaksud dengan Siklus Air

Melalui artikel ini, InfoKekinian akan merangkum dan menjelaskan apa saja proses tahapan siklus air yang perlu kamu ketahui.

Maka dari itu, simak artikel ini hingga selesai!

Apa yang Dimaksud dengan Siklus Air?

Siklus air adalah proses alami di mana air berpindah dan berubah wujud antara atmosfer, permukaan bumi, dan dalam tanah.

Proses tahapan siklus air ini melibatkan penguapan air dari permukaan bumi, kondensasi menjadi awan di atmosfer, presipitasi (hujan, salju, hujan es) ke permukaan bumi, dan kemudian kembali melalui aliran permukaan dan aliran bawah tanah ke sumber air seperti sungai, danau, atau lautan.

Proses Tahapan Siklus Air

Proses dari Tahapan Siklus Air

Berikut adalah beberapa proses tahapan siklus air:

1. Penguapan (Evaporasi)

Penguapan adalah salah satu proses tahapan siklus air di mana air di permukaan bumi, seperti air di lautan, sungai, dan danau, berubah menjadi uap air di bawah pengaruh energi matahari.

Proses ini terjadi ketika molekul-molekul air mendapatkan energi termal yang cukup untuk melebihi gaya tarik gravitasi dan berubah menjadi bentuk gas yang disebut uap air.

Proses penguapan dimulai ketika energi matahari mengenai permukaan air.

Energi ini menyebabkan molekul-molekul air mendapatkan energi kinetik yang cukup untuk melewati gaya tarik antarmolekul dan bergerak secara lebih bebas.

Pada suhu dan tekanan tertentu, beberapa molekul air akan mendapatkan energi yang cukup tinggi untuk lepas dari permukaan cairan dan berubah menjadi uap.

Air yang menguap dari permukaan dapat berasal dari berbagai sumber, seperti laut, sungai, dan danau, serta tanah yang basah, seperti kolam, rawa, atau tumbuhan yang menguapkan air melalui daun mereka dalam proses transpirasi.

Selain itu, air juga bisa menguap dari permukaan es atau salju yang terkena langsung sinar matahari.

Setelah berubah menjadi uap, molekul-molekul air yang terangkat ke atmosfer akan naik ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi, di mana suhunya lebih dingin.

Di lapisan atmosfer yang dingin tersebut, uap air dapat berkondensasi menjadi tetesan kecil atau butiran air yang membentuk awan. Kondensasi ini merupakan tahap selanjutnya dalam siklus air.

Penguapan merupakan proses penting dalam siklus air karena merupakan mekanisme utama bagi air untuk berpindah dari permukaan bumi ke atmosfer.

Proses penguapan menghasilkan sebagian besar uap air di atmosfer, yang kemudian dapat mengalami kondensasi dan membentuk awan.

Penguapan juga berperan dalam mengendalikan suhu permukaan bumi dan menjaga keseimbangan air di lingkungan.

2. Siklus Kondensasi

Siklus Kondensasi

Kondensasi adalah proses tahapan siklus air di mana uap air di atmosfer berubah menjadi tetesan air atau butiran air yang lebih besar.

Proses ini terjadi ketika uap air mendingin dan mencapai titik jenuh di udara, di mana molekul-molekul air mulai bergerak lebih dekat satu sama lain dan berpadu kembali membentuk tetesan air atau kristal es.

Kondensasi terjadi ketika udara yang mengandung uap air mendingin.

Udara mendingin dapat terjadi karena beberapa alasan, seperti adanya angin dingin atau kontak dengan permukaan yang lebih dingin seperti pegunungan atau awan lainnya.

Ketika uap air dalam udara mendingin, energi kinetik dari molekul-molekul air berkurang, sehingga gaya tarik antarmolekul menjadi dominan.

Molekul-molekul air mulai saling mendekat dan bergabung, membentuk tetesan air atau kristal es, tergantung pada suhu di mana kondensasi terjadi.

Proses kondensasi terjadi saat uap air dalam udara mengalami pembekuan. Pembekuan terjadi ketika suhu mencapai titik beku air (0°C).

Pada suhu ini, uap air langsung berubah menjadi kristal es tanpa melalui tahap cairan.

Kondensasi juga dapat terjadi pada suhu di atas titik beku air, di mana uap air mengembun menjadi tetesan air kecil pada permukaan yang lebih dingin, seperti rumput pada pagi hari atau kaca yang berembun.

Hasil dari kondensasi adalah pembentukan awan di atmosfer. Awan terdiri dari jutaan tetesan air kecil atau kristal es yang terkumpul bersama.

Awalnya, awan mungkin terbentuk sebagai awan yang tidak terlihat (awan terlarut) di udara yang jenuh dengan uap air.

Namun, ketika kondisi udara menjadi lebih dingin atau ada peningkatan kelembaban, tetesan air atau kristal es dalam awan dapat tumbuh lebih besar dan terlihat sebagai awan yang lebih terlihat oleh mata manusia.

Kondensasi merupakan proses penting dalam siklus air karena menghasilkan awan dan memainkan peran penting dalam pembentukan presipitasi, seperti hujan, salju, atau hujan es.

Ketika tetesan air dalam awan tumbuh cukup besar dan berat, mereka jatuh ke permukaan bumi sebagai presipitasi.

Kondensasi juga berperan dalam membentuk fenomena seperti embun, kabut, dan awan yang terlihat di langit.

3. Presipitasi

Presipitasi adalah proes tahapan siklus air di mana air dalam bentuk tetesan air atau kristal es jatuh dari awan ke permukaan bumi.

Proses ini melibatkan perubahan fase air dari udara kebentuk cairan atau padat, seperti hujan, salju, atau hujan es.

Presipitasi terjadi ketika tetesan air atau kristal es dalam awan tumbuh cukup besar dan berat sehingga tidak dapat lagi ditahan oleh gaya angin atau gaya apung.

Faktor-faktor seperti tingkat kejenuhan udara, suhu, dan kehadiran partikel pembeku dalam awan mempengaruhi jenis presipitasi yang terbentuk.

Jenis presipitasi yang paling umum adalah hujan. Hujan terjadi ketika tetesan air dalam awan berpadu dan tumbuh menjadi tetesan air yang cukup besar untuk jatuh ke permukaan bumi.

Hujan adalah presipitasi yang paling sering terjadi dan memberikan sumber air yang penting bagi kehidupan di Bumi.

Selain hujan, presipitasi juga bisa berupa salju. Salju terbentuk ketika suhu di atmosfer sangat rendah sehingga tetesan air membeku menjadi kristal es.

Kristal-kristal es ini saling bergabung membentuk hujan salju yang jatuh ke permukaan bumi.

Presipitasi salju sering terjadi di daerah yang sangat dingin dan memberikan lapisan salju yang indah di permukaan.

Presipitasi lainnya adalah hujan es atau es batu. Hujan es terjadi ketika tetesan air mengalami pembekuan saat turun dari awan, tetapi kemudian melewati lapisan udara yang lebih hangat dan mencair kembali menjadi air cair.

Namun, saat mencapai permukaan bumi, tetesan tersebut membeku kembali menjadi butiran es batu. Hujan es dapat merusak tanaman, kendaraan, dan infrastruktur.

Presipitasi merupakan komponen penting dalam siklus air karena memberikan sumber air bagi kehidupan di Bumi.

Air yang jatuh sebagai presipitasi dapat mengisi sungai, danau, dan akuifer, serta memberikan kelembaban untuk tumbuhan dan hewan.

Proses presipitasi juga membantu mengatur iklim dan mempengaruhi pola cuaca di berbagai wilayah.

4. Siklus Infiltrasi

Siklus Infiltrasi

Infiltrasi adalah proses tahapan siklus air di mana air hujan atau air permukaan meresap ke dalam tanah.

Ini terjadi ketika air yang jatuh ke permukaan bumi menembus lapisan tanah dan masuk ke dalam zona peresapan.

Infiltrasi terjadi di daerah yang memiliki tanah yang permeabel, yang memungkinkan air untuk meresap ke dalam tanah dengan mudah.

Ketika air hujan atau air permukaan mengalami infiltrasi, air tersebut menembus melalui zona akumulasi, zona jenuh, dan zona tak jenuh di dalam tanah.

Zona akumulasi adalah bagian tanah yang terletak di bawah permukaan air tanah dan telah jenuh dengan air.

Zona jenuh adalah daerah di mana pori-pori tanah sepenuhnya diisi dengan air. Sedangkan zona tak jenuh adalah daerah di mana pori-pori tanah berisi campuran air dan udara.

Proses infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk tekstur tanah, struktur tanah, kandungan air tanah sebelumnya, kemiringan tanah, vegetasi, dan permeabilitas tanah.

Tanah dengan tekstur pasir cenderung memiliki infiltrasi yang lebih cepat karena memiliki pori-pori yang besar dan ruang udara yang banyak.

Tanah liat atau lempung cenderung memiliki infiltrasi yang lebih lambat karena memiliki pori-pori yang lebih kecil dan kemampuan retensi air yang lebih tinggi.

Infiltrasi sangat penting dalam siklus air karena mengarahkan air ke dalam sistem akuifer di bawah permukaan tanah.

Akuifer adalah lapisan tanah atau batuan yang mampu menyimpan dan memperoleh air.

Air yang terinfiltrasi menjadi bagian dari cadangan air tanah yang dapat dimanfaatkan oleh sumur-sumur air dan sumber-sumber air bawah tanah lainnya.

Selain itu, infiltrasi juga berperan dalam mengatur suplai air di permukaan. Ketika air meresap ke dalam tanah, itu mengurangi risiko banjir dan erosi permukaan, karena air tidak langsung mengalir ke aliran permukaan.

Sebaliknya, infiltrasi membantu mengisi reservoir air tanah dan mengalir secara perlahan melalui aliran bawah tanah menuju sungai, danau, atau laut.

Infiltrasi juga berperan dalam siklus hidrologi. Air yang terinfiltrasi ke dalam tanah dapat diambil oleh tanaman melalui akar mereka dalam proses transpirasi.

Air tersebut juga dapat mengalir kembali ke permukaan melalui mata air atau aliran bawah tanah yang muncul di permukaan bumi.

Secara keseluruhan, infiltrasi adalah proses penting dalam siklus air yang memungkinkan air hujan atau air permukaan meresap ke dalam tanah, mengisi akuifer, dan mempengaruhi ketersediaan air bagi kehidupan manusia, tumbuhan, dan hewan.

5. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah proses tahapan siklus air kombinasi antara penguapan dan transpirasi yang terjadi dalam siklus air.

Ini adalah proses di mana air menguap dari permukaan tanah dan tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air.

Evapotranspirasi terjadi ketika energi matahari menyediakan panas yang cukup untuk mengubah air menjadi uap.

Bagian pertama dari evapotranspirasi adalah penguapan, di mana air di permukaan tanah, seperti sungai, danau, dan lautan, berubah menjadi uap air di bawah pengaruh panas matahari.

Energi matahari memberikan energi termal yang cukup untuk melewati gaya tarik antarmolekul dan mengubah air menjadi bentuk gas.

Penguapan terjadi dari permukaan air bebas, seperti air di permukaan sungai atau danau, serta dari tanah basah atau tumbuhan yang menguapkan air melalui stomata pada daun mereka.

Bagian kedua dari evapotranspirasi adalah transpirasi, yang terjadi ketika air diserap oleh tanaman melalui akar mereka dan mengalir melalui sistem tanaman menuju daun.

Air ini kemudian menguap melalui stomata di permukaan daun ke atmosfer sebagai uap air.

Transpirasi merupakan mekanisme penting bagi tanaman untuk memperoleh air dan nutrisi dari tanah serta menjaga suhu tubuhnya.

Proses ini juga membantu memindahkan air dari tanah ke atmosfer.

Evapotranspirasi tergantung pada beberapa faktor, seperti intensitas sinar matahari, suhu, kelembaban udara, angin, dan jenis tanaman yang ada.

Pada hari yang cerah dan hangat, dengan intensitas sinar matahari yang tinggi, dan kelembaban udara yang rendah, tingkat evapotranspirasi cenderung lebih tinggi.

Tanaman dengan daun yang luas dan banyak stomata akan memiliki tingkat transpirasi yang lebih tinggi daripada tanaman dengan daun yang lebih kecil.

6. Siklus Transpirasi

Siklus Transpirasi

Transpirasi adalah proses tahapan siklus air di mana tumbuhan melepaskan uap air melalui stomata pada daun mereka ke atmosfer.

Ini adalah bagian dari evapotranspirasi dalam siklus air di mana air yang telah diserap oleh tanaman dari tanah diangkut melalui akar, batang, dan daun, kemudian menguap ke udara dalam bentuk uap air.

Transpirasi terjadi ketika tumbuhan mengambil air dari tanah melalui akar mereka dan mengangkutnya melalui sistem pembuluh tumbuhan atau xilem menuju daun.

Air tersebut naik melalui xilem karena adanya perbedaan tekanan air antara akar dan daun, serta adanya proses transpirasi di daun yang menarik air ke atas.

Ketika air mencapai daun, sebagian besar air menguap melalui stomata, yang merupakan pori-pori kecil di permukaan daun. Uap air yang dihasilkan kemudian dilepaskan ke atmosfer.

Transpirasi memiliki beberapa fungsi penting bagi tanaman. Antara lain:

  1. Pertama, melalui proses transpirasi, tanaman mengambil air dan nutrisi dari tanah dan mengangkutnya ke seluruh bagian tanaman. Air ini berperan dalam proses fotosintesis, pertumbuhan, dan transportasi zat-zat penting dalam tubuh tanaman
  2. Kedua, transpirasi membantu menjaga suhu tubuh tanaman. Ketika air menguap melalui stomata, proses ini menghasilkan pendinginan yang mencegah tanaman dari overheating saat terpapar sinar matahari
  3. Ketiga, transpirasi membantu menjaga keseimbangan air dalam tubuh tanaman dengan menghilangkan kelebihan air yang diambil dari tanah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat transpirasi antara lain intensitas sinar matahari, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, serta faktor-faktor fisiologi tanaman seperti ukuran dan jumlah stomata di daun.

Kesimpulan

Itulah sedikit informasi mengenai 6 proses tahapan siklus air yang menarik untuk kita ketahui dan pelajari setiap prosesnya.

Dan bisa kita simpulkan bersama, jika proses tahapan siklus air memiliki 6 proses seperti evaporasi, kondensasi, presipitasi, infiltrasi, evapotranspirasi, dan transpirasi.